Langsung ke konten utama

Cerita singkatku


Assalamu’alaikum


Ini adalah tulisan pertama saya,dan tulisan ini berdasarkan kisah nyata. Ini adalah sebagian dari kisah saya. Semoga bisa di ambil hikmah nya. Amin
Aku Ana Ulfatu Khasyanah,biasa di panggil Ana. Lahir di kota Nganjuk,tanggal 15 Januari 2001.
Saat itu bermula waktu aku mulai memasuki Sekolah Menengah Pertama(SMP).
Saat pendaftaran di mulai aku senang, karena aku akan melanjutkan di sekolah favorit yang aku inginkan,tetapi sayang, semua itu tidak sejalan dengan apa yang aku fikirkan. Ibu menyuruh aku untuk melanjutkan di sekolah berbau islam alias MTs(madrasah Tsanawiyah). Yang benar saja,aku dan ibu bertentangan saat itu juga,bagaimana tidak? Aku juga di suruh untuk mondok ,dan akhirnya aku mengalah, lalu beberapa minggu kemudian aku berangkat ke Pesantren.
Hari pertama puasa aku di pesantren,aku merasa sangat risih dengan lingkungan setempat nya dan juga makanan nya yang sama sekali tidak aku suka.dan malam nya hujan deras,air hujan masuk ke dalam pesantren
Hari ke-2 masih dengan keadaan yang sama,di tambah lagi sisa air hujan kemarin,aku hanya bisa nangis di dalam kamar mandi dengan sesenggukan,dan pada malam nya melanjutkan menangis dalam diam,tanpa sepengetahuan siapapun.
Di hari ke-3. Sangat tidak nyaman,ingin sekali rasanya kabur dari pesantren,tetapi aku menyadari bahwa akan sangat berisiko dan membuat dampak yang negatif bagi diriku.
Dan akhirnya aku menelfon orang tua ku untuk menjenguk ku,dan beberapa jam kemudian pun datang,saat mengetahui keadaan ku yang sedang sakit akhirnya aku di izinkan untuk pulang beberapa hari.

Setiba dirumah
Aku bisa bernafas lega,sangat nyaman kembali ke rumah. Lalu tanpa basa-basi aku menceritakan semua apa yang aku rasakan sewaktu di Pesantren dan meminta ibu untuk mengeluarkan ku dari pesantren ,tetapi apa tanggapan ibuku? Ibuku hanya bilang “sabar”
Respon itu sangat tidak sama dengan yang  aku kira. Ku kira ibuku akan berbelas kasihan terhadapku.baiklah untuk itu tidak masalah
Yang lebih membuatku kesal,aku tidak di perbolehkan untuk keluar dari pesantren sampai aku sudah lulus SMA. Aku sangat kaget mendengar pernyataan ibu.
Dan setiap hari yang ku lewati di rumah, aku selalu merengek dan memohon kalau aku sama sekali tidak beniat berada di Pesantren,dan tanggapan ibuku tetap sama,yaitu sabar dan jalani
Akhirnya aku lengah dan aku menjadi sering melamun,sewaktu aku melamun,ibu datang dan selalu menasehatiku bahwa akan indah jika aku bisa menjadi santri,bisa mempunyai akhlak yang  mulia,mengerti etika yang baik terhadap orang tua.
Ibu selalu mengulangi kalimat yang sama di setiap harinya,di manapun aku berada setiap ibu di sisiku selalu tidak lupa ibuku mengingatkanku untuk tidak keluar dari Pondok,dan menjadi Santri yang baik.
Dan beberapa minggu berlalu begitu saja.
Masih di bulan suci Ramadhan.
Aku berniat untuk mandi,tetapi aku tidak menyadari aku setengah jam berada di dalam kamar mandi dan akhirnya aku menyadari bahwa aku merasan gatal di seluruh tubuhku,aku sangat kedinginan,lalu aku memutuskan untuk keluar dari kamar mandi.
Aku merasakan sangat pusing,aku menemui ibuku,tetapi saat aku ingin berbicara lidahku terasa kelu,dan kaku
Dan tidak lama kemudian semua menjadi gelap. Aku pingsan.
Aku mengerjapkan mata saat aroma minyak kayu putih menguar di indra penciumanku,dan aku mendengar sayup sayup suara ibu dan aku lihat secara kabu tetanggaku berdatangan,sangat ramai,aku tidak tahu mengapa aku bisa pingsan yang jelas aku merasakan sangat lemas,dan akhirnya aku pingsan lagi,dan begitu seterusnya.
Sampai akhirnya aku di bawa ke Rumah Sakit.
2 hari kemudian aku pulang,ibu menceritakan apa yang telah terjadi padaku.
Kata ibu badanku membiru agak kehijauan,wajahku sudah pucat pasi,suhu tubuhku dingin,dan nadi di tangan ku sudah tidak ada,yang ada hanya nadi di leher dengan suara seperti sedang kesakitan.
Aku sangat ketakutan,aku tidak tahu kenapa aku bisa seperti orang yang mau mati,tetapi kata dokter akku darah rendah, tensi ku 60.
Dan saat itu ibuku menyadari,mungkin itu terjadi karena perasaan tertekan karena aku d paksa mondok oleh ibu,itu karena aku membuat diriku sendiri menjadi tidak nyaman.akhirnya ibu menyetujui permintaan ku untuk keluar dari Pesantren,takut hal yang sama terulang kembali.

Berikut cerita singkat aku,bagaimana dengan cerita kamu? tinggalkan di kolom komentar ya...🙂

Sekian,terima kasih
Wassalamu’alaikum.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nyesel muji

Assalamualaikum Ini adalah tulisan kedua saya,semoga bisa di ambil hikmah nya..Amin Ifa. Itulah nama panggilan perempuan cantik yang bekerja sebagai asisten rumah Tangga,setiap hari dirinya bekerja dengan merawat anak Majikan nya. *di suatu sore *ting ting ting (suara mangkok yang di pukul dengan sendok) Ifa merasa lapar dan akhirnya dirinya pergi untuk membeli bakso yang setiap hari melewati rumah majikan nya itu. "beli" Teriak Ifa lalu menghampiri tukang Bakso. "beli bakso Putihan,seperti biasanya mas" ucap Ifa kepada penjual bakso "eum eh?" Ifa merasa ada yang aneh ternyata penjual bakso nya bukan bapak-bapak seperti biasanya,melainkan pemuda tampan. "bakso yang seperti biasanya itu yang bagaimana mbak,maaf saya tidak tahu,hari ini Bapak sedang sakit makanya untuk beberapa hari saya yang akan menggantikan bapak" ujar anak penjual bakso "ohh pantas saja wajah kamu asing" ujar Ifa "bakso egk pake Mie,kubisnya sedikit t
Cerpen 1 Keheningan membungkus kehadiranku, satu dua tiga empat lima ... Aku menghitung berlian di atas sana, bodoh memang, menghitung bintang sama saja dengan menunggu domba melahirkan anak ayam, tapi sungguh, tadi itu menyenangkan. Kali ini aku mencoba memahami situasi yang ada, desiran angin membelai halus pipiku, gemericik air yang bertabrakan bagai senandung di indra pendengaran, penerangan hanya berasal dari setengah purnama, kaki dingin yang di balut air bening sungai membawaku ke ruang imajinasi. Andaikan hidup se-menenangkan ini. Aku tidak akan pernah beranjak, tapi aku manusia yang mempunyai nafsu, jika lapar bagaimana? Belum sempat aku memikirkan pangeran dambaan, tiba-tiba saja aku terperosok ke sungai "Tolong aku! Aku tidak bisa berenang!" tidak ada siapa-siapa sekarang, aku mencoba menapik-napik tanganku, barangkali aku bisa minggir dari sungai, gagal. Aku tidak tahu harus berbuat apa, tidak ada sesuatu yang mengapung seperti di film Titanic, yang bisa kulak